Tren saat ini adalah tempat nongkrong menjadi salah satu peluang bisnis yang menjanjikan. Ruang yang diberikan di tempat seperti ini memang beragam. Mulai sekadar mengopi atau mengerjakan tugas. Terlebih lagi tempat seperti ini biasanya juga dilengkapi berbagai macam fasilitas yang mendukung pengunjung untuk betah duduk berlama-lama.
Biasanya tempat nongkrong hanya menyajikan ruang dan menu seadanya. Namun di mata Adriputra Rachmada tempat itu bisa juga menjadi tempat dimana seseorang bisa melakukan sesuatu yang berguna. “Memang tujuan utama kami memberikan ruang senyaman mungkin sehingga orang yang datang bisa melakukan kegiatan produktif.”
Berawal dari obrolan antar sahabat, timbul ide di kepala Adri untuk memiliki tempat dimana orang-orang dapat melakukan kegiatan yang produktif. “Teman-teman dan saya memang bicara tentang usaha, waktu itu kita masih di akhir perkuliahan, masa jenuh-jenuhnya dengan kuliah.” Adri mengatakan dirinya juga sempat magang. Dari pengalamannya itu ia merasa tidak cocok untuk bekerja di sebuah perusahaan.
Mencari Tantangan
Adri mengatakan bahwa dirinya memiliki minat membuka usaha sejak lama. “Semasa masih kuliah itu saya dan teman-teman marketing memiliki usaha bersama di bidang branding produk.” Ide itu muncul saat melihat teman-teman yang berasal dari jurusan lain memiliki cara sendiri untuk menunjukan kemampuan mereka. Ia memutar otak dengan teman-temannya dan tercetus untuk memiliki usaha branding produk. “Karena masih baru dan dalam masa perkuliahan saya dan teman-teman mencoba untuk mengajak teman-teman dari jurusan lain untuk menjadi branding consultant,”tuturnya.
Dari usaha tersebut memberikan banyak pelajaran mengenai pentingnya sebuah brand dan bagaimana melihat peluang yang ada di pasar. “Target kami memang teman-teman perkuliahan karena kalau bisa membantu dan menjadi sebuah usaha kenapa tidak.” Adri pun mempertahankan usaha itu masih berjalan sampai sekarang.
Pada akhir masa kuliah Adri harus menjalani magang kerja. Ia magang di sebuah hotel dan belajar mengenai keramahan dan teknik-teknik untuk melayani pelanggan. “Walau tidak melakukan secara langsung tapi setidaknya saya tahu apa-apa yang dibutuhkan dalam melayani pelanggan.” Meskipun begitu ia merasa sebuah kejenuhan dalam menjalani magang disana.
Ia mengatakan bahwa dirinya harus pulang pergi dengan jarak yang lumayan jauh. “Dari tempat tinggal saya ke tempat magang jaraknya lumayan jauh. Jadi kalau berangkat atau pulang kerja pikiran yang pertama terlintas adalah macetnya jalan.” Dari pengalaman itu ia melihat bahwa dirinya tidak cocok untuk bekerja seperti itu.
Selain itu ia memiliki keinginan untuk menerapkan apa-apa yang dipelajarinya ketika magang. “Saya ingin merasakan pengalaman bagaimana bisa bertemu langsung dengan pengguna terakhir, karena selama jadi konsultan klien kami bukan pengguna terakhir.”
Adri membicarakan dengan teman-teman satu sekolah dulu. Teman-teman yang memang memiliki kesamaan dengan dirinya dalam hal duduk dan nongkrong berlama-lama. Dari semua teman yang diajak ada beberapa yang memang berminat dalam menjalankan bisnis ini. Ia dan teman-teman lalu membicarakan bagaimana konsep dan apa saja yang nantinya akan diisi di tempat ini. “Karena memang kafe ini anak pertama, jadi kami inginnya kafe ini menjadi sesuai dengan apa yang menjadi kesenangan kami.”
Untuk modal sendiri Adri mengatakan berasal dari kumpulan teman-temannya dan dari investor. Ia mengatakan bahwa dirinya bersyukur mendapat banyak ilmu di bangku kuliah untuk hal menyusun proposal dan hal-hal yang dibutuhkan. “Hal yang paling sulit adalah meyakinkan investor untuk percaya karena itu uang mereka dan tentunya mereka ingin digunakan sebaik-baiknya.” Dengan modal kurang lebih Rp900 juta, ia mampu mendapatkan omzet sekitar Rp 90 jutaan setiap bulannya.
Introspeksi, Retrospeksi dan Revisi
Dalam menjalankan bisnis tentu banyak yang harus diperhatikan. Itu juga yang menjadi perhatian utama dari Adri. Ia ingin bisnisnya bisa menjadi solusi bagi yang membutuhkan tempat produktif yang nyaman.
“Konsep awal tempat ini adalah pengalaman sulitnya menemukan tempat makan yang menyediakan ruang untuk mengobrol atau mengerjakan tugas.” Adri menambahkan pada awal membuka usaha dulu belum ada tempat seperti itu. Hampir semuanya masih berupa tempat makan biasa. “Peluang itu memang kita maksimalkan, karena target utama kami adalah mahasiswa yang bosan mengerjakan tugas di kos-kosan atau di perpustakaan bisa datang dan mengerjakannya disini.”
Adri pun mengatakan bahwa membuka kafe harus detail dalam segala hal, seperti pencahayaan, tempat menunggu ketika kafe penuh, serta musik yang diputar wajib diperhatikan. Ia ingin sebisa mungkin orang yang datang bisa melakukan tugas secara maksimal. “Karena itu saya menekankan kepada para karyawan saya untuk bersikap fleksibel, agar pelayanan yang diberikan bisa maksimum.”
Dalam bisnis tidak ada namanya jalur lancar, ada saja kendala yang membuat sebuah usaha terganggu. Dalam hal ini Kami ruang dan kafe mengalaminya di bulan-bulan awal pembukaannya. Adri menyadarinya karena merupakan brand baru jadi wajar bila masih belum banyak orang yang kenal tentang kafe ini.
“Pada bulan-bulan awal memang hasil yang ada tidak sesuai dengan harapan kami. Setelah 3 bulan beroperasi kami baru mengadakan grand launching kafe ini. Dan agar semakin dikenal kami mengadakan workshop-workshop yang menarik bagi mahasiswa.” Selain itu karena pasar utamanya adalah mahasiswa kendala lain muncul pada saat libur perkuliahan. Pada saat itu mau tak mau ia kembali memutar otak untuk mencari alternatif lain. “Pada saat libur perkuliahan kami mengundang banyak komunitas.”
Untuk masalah perizinan sendiri ia mengatakan sama seperti usaha lainnya. Adri mengaku jadi mengerti hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam mengurus perizinannya. “Untuk sertifikat halal kami sedang mengarah kesana, karena saya sendiri muslim jadi saya sebisa mungkin harus mendapatkan bahan baku yang memang halal.”
Adri berharap, kedepannya nanti kafe yang dikelolanya ini akan menjadi pioner untuk bisnis-bisnis mereka kedepannya. “Setelah kafe ini saya dan kawan-kawan ingin membuka coffe shop, karena kami juga penikmat kopi, jadi selain penikmat harus bisa juga lah sedikit-sedikit.”
sumber: Majelis Majalah ElShinta
Tempat Nongkrong Hasilkan Karya Produktif