Kafe Kolong. Sudah bukan hal yang aneh lagi budaya asing yang masuk ke Indonesia baik berupa pakaian, makanan, dan lainnya. Namun bagi yang jeli melihatnya ada peluang usaha yang bisa digarap. Salah satu yang menjadi tren adalah kuliner. Beragam kafe dan restoran seolah berlomba menyajikan menu yang berasal dari negara-negara lain.
Daniel Jefri Leksono rupanya tak ingin ketinggalan dan ingin merasakan bagaimana berbisnis makanan dari negara lain. Ia membuka kafe dengan nama Hello Bingsu yang fokus di bidang dessert dengan menu andalan bingsu, yang merupakan makanan penutup khas Korea Selatan.
Ide membuka usaha kafe makanan penutup ini sebenarnya muncul saat Daniel mengobrol dengan temannya. Kebetulan temannya ini memang warga asli Korea. Ia bercerita kepada Daniel tentang bagaimana membuka restoran Korea dan berbagai macam masakan yang ada di dalamnya.
“Kebetulan ada masakan dessert yang memang cocok dengan keadaan tropis ini jadi saya pikir kenapa tidak membuat usaha itu.” Ia mengatakan bahwa sebenarnya istrinya dahulu yang memulai usaha ini. “Saya sebenarnya adalah dokter yang masih aktif, kebetulan awalnya yang mengelola ini adalah istri saya.” Tetapi melihat perkembangannya Daniel pun tertarik dan akhirnya terjun juga ke bisnis ini.
Saat memulai usahanya Daniel menggelontorkan dana kurang lebih Rp200 jutaan. Dalam waktu dua tahun kafe ini sudah memiliki pondasi yang solid. “Dalam satu bulan bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp20 sampai Rp30 juta.”
Ia menambahkan bahwa yang menjadi andalan dari kafenya adalah bagaimana bahan-bahan yang digunakan sebisa mungkin mirip dengan aslinya. Selain itu desain yang cantik membuat kafe ini dijadikan pilihan anak-anak muda yang ingin merasakan bagaimana makanan penutup dari negari gingseng ini. Beragam menu disajikan dan para pembeli bisa memilih sendiri kombinasi dari bingsu yang akan mereka cicipi.
Siap Bersaing di Bidang Kuliner
Menghadapi persaingan yang ketat, Daniel bertahan dengan orisinalitas di setiap hidangannya. Ia mengatakan bahwa bahan-bahan yang digunakan didatangkan langsung dari Korea. “Bingsu itu merupakan es serut, untuk esnya sendiri kami menggunakan susu sapi murni, dan yang menjadi andalan adalah kacang merahnya.” Daniel menambahkan bahkan orang Korea asli mengatakan bahwa kacang merah yang disajikan sangat mirip dengan yang asli.
Dengan bahan baku yang berkualitas ternyata timbul masalah lain. Daniel mengatakan bahwa terkadang ada bahanbahan yang memang harganya tidak bisa ditebak, naik turunnya harga bahan baku ini juga yang membuat dirinya kesulitan untuk menekan harga jual.
“Terkadang kalau ada bahan yang memang sedang naik, kesulitan juga untuk menjual dengan harga yang terlalu tinggi.” Tetapi ia mengakali dengan berbagai promo dan paket yang membuat harga jual bisa dikendalikan. Harga promo ini biasanya hanya dalam waktu tertentu dan sesuai dengan tren yang ada.
Ia juga merasa terbantu dengan adanya demam Korea belakangan ini. Demam ini membuat orang-orang tertarik untuk mencicipi masakan korea. Namun ia mengatakan bahwa hal itu hanyalah sebuah kebetulan saja. “Untuk latar belakangnya memang tidak ada kaitan dengan demam Korea itu sendiri, namun saya merasa terbantu juga dengan demam itu banyak orang yang tertarik untuk datang dan mencicipi makanan dari sana.
” Selain menyajikan bingsu,di sini juga menyajikan beragam ramyun, mi khas korea, dan kimchi, sayuran khas korea. Dengan target pasar antara remaja sampai usia produktif ia mampu mendapatkan untung sampai Rp20 juta perbulannya.
Memulai dari Hal Kecil
Daniel mengatakan bahwa kunci sukses dalam menjalankan bisnis adalah bagaimana mengikuti kemauan dan tren pasar dan memulai dari hal-hal kecil. “Karena saya juga masih baru di bidang ini jadi harus dimulai dari hal kecil dulu, dan kita belajar perlahan.” Hal tersebut juga dijadikannya dasar ketika membuka kafe dulu. Ia menggunakan kemampuan yang dimiliki orang terdekatnya.
Misalnya soal dekorasi kafe yang dikerjakan oleh kakak iparnya yang memang seorang arsitektur. Namun soal menu ia tetap menggunakan menu yang hanya ada di Korea. “Sebisa mungkin tren yang ada kita ikuti tetapi harus tetap makanan dari Korea, supaya tetap konsisten dengan usaha awal kami.”
Untuk lokasi Daniel mengatakan memang harus memilih tempat yang sesuai, bukan hanya pinggir jalan atau strategis, tetapi juga keadaan gedung dan lingkungan sekitar. “Awalnya kami membuka usaha di gedung yang kurang representative. Akhirnya kami memutuskan untuk pindah ke gedung yang memang lebih baik dari segi bangunan dan lokasi.” Dalam menjalankan usaha kafe ini, Daniel dibantu 7 orang karyawan yang merangkap beberapa pekerjaan sekaligus.
Rencana kedepannya nanti, Daniel ingin lebih dekat dengan pelanggan lagi. “Kami ingin jemput bola dengan membuka cabang dekat kampus.” Persiapan lain yang dilakukan adalah dengan menyiapkan promo sesuai dengan musim dan even yang sedang berlangsung.
“Untuk akhir tahun seperti ini kami memberikan free snack Korea asli untuk pembelian tertentu.” Daniel berharap dengan adanya promo ini bisa menarik pelanggan untuk makan di kafe miliknya ini. Tidak hanya itu, ia juga sedang memikirkan membership yang akan memberikan keuntungan bagi para pelanggan yang mendaftar.
Tulisan ini dimuat di Majalah Elshinta.
Sukses Bisnis Kafe Dessert Khas Korea