Bisnis yang bergerak dalam bidang food and beverage memang masih sangat menjanjikan. Salah satu orang yang bermain di bidang ini adalah Tauik Hidayat, yang sejak 2015 lalu terjun dalam bisnis minuman, yakni ice dengan nama Pici Ice.
Bisnis Pici Ice
Yang menarik, ia hanya mengandalkan media social terutama Instagram sebagai sarananya dalam berjualan.
“Dulu saya sempat mangkal juga, ada gerobak di Jakarat Selatan. Tapi sejak lapaknya tergusur, saya bermigrasi hanya di online,” kata pria berusia 30 tahunan ini.
Tauik bercerita, sebelum berkiprah dalam dunia bisnis dirinya merupakan seorang pegawai yang telah 9 tahun bekerja. Namun, karena jenuhnya dengan rutinitas, akhirnya ia memutuskan untuk banting setir dan mulai berdagang.
“Ketika terjebak dalam rutinitas yang itu saja setiap hari, lama-lama jenuh juga. Saya buat terobosan dengan membuka usaha ini pada tahun 2015 dengan modal yang cukup minim,” sebutnya.
Salah satu ketertarikannya pada bidang minuman adalah skill-nya dalam meracik minuman. Dalam usahanya, ia sengaja untuk memilih produk yang lebih khusus, yakni teh Thailand. Untuk hal tersebut, ia banyak bertanya ke orang asli Thailand. Selebihnya, terutama dalam peracikan dan pencampuran dirinya mengaku melakukan improve sendiri. Saat ini ada 9 varian rasa yang dibuatnya, di antaranya dawet ketan, green tea, coklat, lemon mint, leci tea, stroberi, dan lainnya.
“Salah satu keunggulan kami juga, kami pakai bahan teh mentah asli, bukan bubuk sehingga kesegarannya masih ada,” katanya.
Terkait bahan bakunya, ia mengaku telah memiliki supplier sendiri di Jakarta. Tauik memasarkan produknya secara online melalui Instagram. Bahkan, saat ini beberapa orang sudah tertarik dengan produknya dan berminat untuk ambil franchise-nya.
“Kalau memang ada peminatnya, bisa juga difranchise-kan. Modalnya sendiri todak besar, antara Rp 8-10 juta sudah termasuk peralatan lengkap,” ucapnya.
Meski hanya berbasis online, dirinya mengakui jika perkembangannya masih cukup bagus. Apalagi jika momen puasa, itu adalah momen yang paling ramai. Belakangan, rata-rata sehari dirinya bisa menjual sekitar 40 botol dengan harga dari Rp 15 ribu – 25 ribu.
“Order bisa melalui WA atau pesan IG, nanti kami bisa antar langsung ke tempat. Selama ini pengiriman yang paling jauh baru sampai di Tanjung Priok dan Bekasi.”
Tauik mengaku masih cukup optimis dengan pertumbuhan bisnisnya. Sebab, dirinya akan terus melakukan inovasi dengan kualits bahan baku yang middle up. Meski persaingan semakin banyak, ia meyakini jika rasa dan harga produknya masih lebih baik dari yang lain.
“Berdasarkan pengakuan konsumen, produk saya cukup bersaing lah dengan yang lain.”
Selain lewat online, cara lain yang ditempuhnya dalam memasarkan produknya adalah melalui pameran. Seperti pada ajang pameran Dekranasda DKI, dirinya juga turut andil.
“Terkadang saya banyak kerjasama juga dengan beberapa media, misalnya dalam musik festival,” imbuhnya.
Tauik menjual produknya dalam kemasan botol 250 ml. Untuk botolnya sendiri, ia mengordernya dari Semarang, Jawa Tengah. Sekali order biasanya sampai 1.000 botol. Jumlah tersebut umumnya akan habis terjual dalam waktu hanya dua bulan.
“Nah, di bulan puasa yang lalu, 1.000 botol malahan habis dalam waktu sebulan saja,” pungkasnya.
Sumber: Majalah Elshinta
Segarnya Bisnis Ice